Buletin Jumat

PEDOMAN HIDUP

Oleh : Muhammad Musa, S.Th.I

Alan Gabriel Ludwig García Pérez adalah Presiden Peru, ia bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri pada April 2019. Roh Moo-hyun adalah Presiden Korea Selatan yang bunuh diri dengan terjun bebas dari ke jurang di belakang rumahnya di Gyeongsang Selatan, pada Mei 2009. Adolf Merckle, salah satu orang terkaya di dunia versi Majalah Forbes, tewas bunuh diri dengan menabrak kereta di kota Balubeuren, Jerman pada Januari 2009. Damarys Ruizb adalah finalis Miss Universe asal Venezuela, lulusan Fakultas Hukum, seorang Pengacara yang cerdas, ia ditemukan tewas bunuh diri pada Mei 2015. Kim Jong Hyun adalah salah satu personel boyband Shinee dengan rating tertinggi di Korea, mencapai ketenaran yang berlimpah serta bergelimang harta. Ia bunuh diri di apartemennya di Cheongdam-dong, Seoul, pada Desember 2017. Choi Jin-ri atau yang dikenal dengan Sulli, adalah artis peran sekaligus penyanyi asal Korea, ia ditemukan gantung diri di lantai 2 rumahnya di Seongnam, Seol, pada Oktober 2019.

Nama-nama tersebut di atas, adalah contoh kecil dari kenyataan kehidupan dunia. Jabatan kekuasaan, kaya harta, cantik, tampan, terkenal, pintar, tapi tetap berujung pada tewas bunuh diri. Kenapa? Justru karena tujuan hidupnya sudah tercapai atau pada sisi yang lain, tidak mampu melewati ujian kehidupan dari apa yang telah mereka capai. Hidupnya untuk mengumpulkan harta, meraih jabatan, pintar, terkenal, sudah tercapai. Anda ingin mengikuti jejak mereka? Tentu tidak mungkin, karena “Anda tidak punya jabatan, harta, kepintaran, apalagi muka yang mapan” (titik dua itu bercanda).

Karena Iman, Anda tidak akan melakukan itu. Anda yakin percaya bahwa ada kehidupan Akhirat setelah kehidupan Dunia ini, bahwa kehidupan saat ini adalah penentu apakah Anda akan ditempatkan di Neraka atau di Surga, selama-lamanya abadi tanpa akhiran. Anda yakin percaya bahwa di kehidupan Dunia, segalanya belum selesai. Ada orang dilahirkan dalam keadaan tajir crazy rich, tampang good looking, pintar smart tidak dungu, sedangkan Anda, dilahirkan dalam “keadaan miskin, muka pasaran, juga lumayan goblok, ujungnya kena covid” (titik dua itu bercanda). Adilkah hidup seperti itu? Maka Anda musti harus wajib yakin percaya dengan kehidupan Akhirat yang akan membalas kehidupan Dunia ini. Bahagia di dunia, belum tentu di Akhirat, dan sebaliknya. Tapi tentu Anda akan memilih bahagia di Dunia juga bahagia di Akhirat. Bisakah seperti itu? Bisa, jika Anda menjalani hidup di Dunia dengan pedoman tuntunan Agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis.

Bolehkah hidup dengan ambisi menjabat sebagai Presiden dan tahta semacamnya, bolehkan menjadi pengusaha mengumpulkan banyak harta dan semacamnya? Bahkan justru itu harus diraih dengan niat mengumpulkan kebaikan amal saleh, menjadi bermanfaat bagi banyak orang, sebagai modal untuk kehidupan di Akhirat. Nabi Yusuf meminta jabatan sebagai menteri, Khalifah Abu Bakar dengan hartanya membebaskan banyak budak termasuk sahabat Bilal, bahkan Khalifah Usman bin Affan, masih memiliki nomor rekening Bank hingga saat ini.

Menuntut ilmu adalah salah satu jalan yang harus ditempuh, tapi tidak cukup, karena ternyata banyak orang berilmu tapi sombong, bungkuslah ilmu itu dengan Akhlak. Berilmu dan berperangai bagus, ternyata juga tidak cukup, karena pintar dan sikap baik tapi tetap juga doyan korupsi. Maka ujungnya, ilmu dan akhlak itu harus didasarkan pada keimanan. Iman sebelum Adab, Adab sebelum ilmu, dan akhirnya melahirkan amal saleh. Tanamkan pedoman iman dan adab pada anak-anak sejak kecil di rumah, pilihkan tempat pendidikan yang mumpuni keilmuannya, InsyaAllah anak tersebut akan menjadi amal saleh orang tuanya, aset bekal untuk bahagia di Dunia dan beruntung di Akhirat.

Penulis: Muhammad Musa (Musyrif MBS Muhiba_ Peraih nilai tertinggi pada Ujian Tes Guru Karyawan Muhammadiyah Kabupaten Bantul tahun 2019)